DUNIAKU MIMPIKU HARAPANKUU
Jumat, 21 Desember 2012
MAKALAH ETIKA BERTELEPON KANTOR
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Urutan Dalam Menerima Telepon
Secara
kronologis, urutan seseorang dalam menerima telepon adalah sebagai berikut:
2.1.1 Ketika Telepon Berdering
1. Kertas
dan pena sebaiknya sudah tersedia di dekat pesawat telepon
Kenapa? Yang
jelas, penerima telepon tidak kelabakan ketika ada pesan dari penelepon yang
memerlukan catatan. Kurang etis jika penerima telepon meminta penelepon
menunggu karena penerima telepon akan mencari kertas dan alat tulis dulu.
Apalagi penelepon harus enunggu lama untuk itu, terlebih lagi jika penelepon
menelepon dari luar kota atau luar negeri. Bisa dibayangkan berapa besar pulsa
yang terbuang¸ dan paling mendasar adalah ada cara yang lebih baik lagi
daripada membiarkan penelepon menunggu lama. Ketersediaan kertas dan pena di
dekat telepon, pada dasarnya merupakan bagian dari courtesy, melainkan juga profesionalisme penerima telepon.
2. Konsentrasi
Alur percakapan
dan jawaban kita akan sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi kita. Segala
persoalan diluar telepon perlu “ditutup” dulu. Saat ini yang dihadapi adalah
suatu “kenyataan”, yaitu menerima telepon. Jika seseorang tidak konsentrasi,
bisa jadi jawaban yang diberikan nanti akan tidak beraturan. Dengan jawaban yang
tidak sinkron dengan apa yang dikomunikasikan penelepon, maka akan bisa
berakibat: salah pesan, salah pengertian, dan salah paham. Jika hal tersebut
terjadi, makan aka nada dampak yang lebih besar dibelakangnya.
3. Jangan
membiarkan telepon berdering lebih dari tiga kali
Image
perusahaan
tercermin dari beberapa kali rata-rata karyawannya mengangkat telepon yang
telah berdering. Intermeso dibawah ini setidaknya menunjukan indikasi suatu
perusahaan.
4. Mengangkat
gagang telepon dengan hati-hati
Menunjukan bahwa
kita adalah orang yang tahu tata karma. Mengangkat gagang telepon (ketika ada
telepon berdering) dengan hati-hati berarti sudah tahu mana yang receiver, mana yang speaker. Mengangkat dengan hati-hati juga berarti tidak ceroboh
sehingga gagang telepon jatuh atau menimbulkan bunyi yang mengganggu baggi
penelepon.
5. Menjaga
jarak mulut
Menempatkan
jarak antara telepon dan mulut secara proposional untuk menghindari suara yang
kurang jelas. Seperti dijelaskan diatas, bahwa jarak yang ideal antara bibir
dan gagang telepon adalah sekitar 5 cm.
6. Memegang
handset dengan tangan kiri
Dengan demikian,
tangan kanan bisa dipakai untuk menulis atau mencari sesuatu. Jika seseorang
memegang dengan tangan kanan, dia tidak bisa menelepon sambil menulis, kecuali
memindahkan handset ke tangan
sebelahnya. Hal tersebut memang bisa dilakukan, tetapi akan lebih baik jika
sejak awal menerima telepon dengan kanan kiri. Kecuali untuk orang kidal,
sebaiknya melakukan sebaliknya.
7. Posisi
tubuh bebas
Bebas dalam arti
tidak menggangu saluran nafas. Seseorang bisa berdiri atau duduk dengan posisi
yang tegak atau relaks, dengan demikian saluran pernafasan tidak akan
terhambat. Sama seperti seseorang bernyanyi, hasilnya akan berbeda, jika
seseorang penyanyi berdiri atau tiduran. Jika seseorang sambil tidur, suara
bisa tidak jelas. Sering tanpa disadari, seolah-olah suara sudah tersalurkan
dengan baik, ternyata ada hambatan karena posisi yang tidak benar. Akibatnya,
penelepon akan mendapatkan respon yang kurang jelas.
2.1.2 Menjawab Telepon
Ketika telepon
berdering, jawaban apa yang sebaiknya pertama kali diberikan kepada penelepon?
1.
Jangan menjawab dengan kata “Halo”,
“Hai”, atau “Ya?”
Kata-kata
tersebut dianggap tidak sopan. Kata Halo hanya dipakai untuk sapaan secara
informal secara langsung (tidak melalui telepon), untuk orang yang sedang
bertemu, baik itu untuk teman lama maupun untuk orang yang baru kenal.
2.
Ucapkanlah salam: “Selamat Pagi”,
“Selamat Siang”, “Selamat Sore”, atau “Selamat Malam”.
Salam sebagai
kata pembuka dalam menerima telepon adalah hal yang sopan. Sekarang ini,
menjawab telepon dengan greeting
tidak saja dilakukan di instansi atau kantor yang sudah tahu Telephone Courtesy, melainkan juga
dipakai di rumah dan sekolahan, bahkan sampai pada nomor pribadi.
3.
Menyebutkan nama perusahaan (jika berada
di perusahaan)
Manfaat
menyebutkan nama perusahaan adalah untuk menunjukan identitas dari instansi
yang menerima telepon. Hal itu akan memudahkan penelepon mengidentifikasi bahwa
nomor yang mereka hubungi adalah benar.
4.
Menjawab semua pertanyaa penelepon
dengan sopan dan sabar
Ingat, menjawab
telepon adalah merupakan bagian dari layanan yang diberikan untuk penelepon.
Hal itu akan berdampak pada citra perusahaan. Jika perusahaan mempunyai
operator telepon atau staf yang tahu tentang tata cara berbicara ditelepon,
niscaya akan mempunyai anggapan positif terhadap perusahaan yang mereka
hubungi. Mereka akan menaruh respek, salut, bahkan hormat terhadap perusahaan
tersebut. Sebaliknya, jika ada respon yang tidak sabar atau tidak professional,
maka mereka akan membuat catatan bahwa perusahaan yang dihubungi adalah
perusahaan yang tidak punya kesopanan. Dampak yang sangat buruk antara lain,
kastemer akan lari, konsumen membatalkan kerjasama, atau penelepon akan
bercerita ke orang lain bahwa perusahaan yang dihubungi itu standarnya masih
rendah.
2.1.3 Percakapan Di Telepon
Dalam percakapan
diperlukan tindakan positif bagi penerima penelepon. Tindakan positif bisa
diartikan sebagai upaya untuk membuat kondisi menjadi bagus, bahkan lebih
bagus. Tentu saja untuk membuat sikap positif tergantung dari suasan dan
keadaan percakapan antara penelepon dan penerima telepon. Sebut saja dalam
suasan telepon di kantor, sikap positif yang bisa ditunjukkan anatara lain
sebagai berikut:
Berbicara dengan
sopan
Hal ini
merupakan kunci kesopanan untuk setiap komunikasi per telepon. Semua orang
memerlukan respon sopan dari lawan bicaranya. Dengan mengetahui tata cara dan
kesopanan yang baku diharapkan seluruh aktivitas komukasi per telepon menjadi
lebih lancer. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam suatu percakapan melalui
telepon adalah tidak emosi, dalam arti tetap mengendalikan kestabilan nada dan
mengontrol ucapan, sehingga tidak terjadi suara yang sangat keras karena
berteriak sebagai wujud tidak terkendalinya emosi. Bisa juga seseorang
tiba-tiba tertawa terbahak-bahak di telepon karena ada sesuatu yang lucu dalam
percakapan dengan lawan bicara. Hal itu perlu dikontrol, memrhatikan lingkungan
dalam bertelepon adalah sesuatu yang sudah umum. Jika seseorang tiba-tiba
tertawa meledak-ledak, sedangkan orang di ruang sebelah pukul-pukul meja kantor
tanda protes, berarti kesalahan di pihak orang yang sedang bertelepon. Komukasi
dua arah adalah wujud toleransi. Saling menghargai dengan lawan bicara, serta
berbicara secara teratur dalam arti bergantian adalah aturan yang sudah
universal. Hal ini dikemukakan karena masih ada orang yang berbicara di
telepon, tetapi tidak member kesempatan pada lawan bicara. Jika hal itu
terjadi, biasa digambarkan seperti bicara dengan bebek seribu yang tidak
terputus-putus kalau sudah bersura. Sebaliknya, seseorang yang terlalu pasif
juga tidak baik. Sementara lawan bicara mengeluarkan seribu kata, penerima
telepon hanya menjawab.
“ya”,
“mungkin”,
“oh ya?”.
Hal ini yang tidak
kalah pentingnya adalah sebagai orang yang terlibat dalam pembicaraan di
telepon, perlu menjaga nada supaya tidak monoton, caranya? Dengan senantiasa
menyadari bahwa suara yang dikeluarkan adalah sesuatu yang berharga bagi
penelepon. Apa yang disampaikan harus bisa dimengerti dengan jelas. Itu
sebabnya dari sisi intonasi, nada perintah, permintaan, dan penegasan.
Kesemuanya itu kalau dihayati dengan sungguh-sungguh pasti tidak akan
mengeluarkan suara yang monoton.
Memerhatikan
keadaan si penelepon dengan seksama
Hal ini penting
supaya ada keseimbangan dalam percakapan, sekaligus komunuikasi secara baik
bisa terjadi. Jika penelepon dalam keadaan sakit, sebaiknya penerima telepon
bisa memahami dengan tidak melakukan nada yang sifatnya memerintah atau membentak-bentak.
Hal yang baik, jika penerima telepon bisa menyambpaikan rasa empati kepada
penelepon, bahkan kalau perlu memberikan tawaran untuk menolongnya. Dengan
demikian, diharapkan siapa saja yang dalam kondisi kurang fit bisa dipahami
oleh lawan bicaranya di telepon.
Hal lain yang
tidak boleh dilupakan adalah membuat percakapan tetap formal, terutama apabila
itu berada di kantor atau instansi. Membatasi bidang percakapan pada hala yang
formal saja adalah suatu yang bijak. Bayangkan jika dalam sebuah kantor yang
terdiri dari 40 orang, sedangkan telepon yang ada di situ hanya satu saja.
Satu-satunya telepon yang ada hanya dipakai untuk menimang anak atau menanyakan
saat ini sedang makan apa, nanti spre akan jalan-jalan ke mana, hal itu semua
akan kurang bijak. Jika itu terjadi dirumah, pada ssat santai, sikap formal
namun positif yang dilakukan antara lain dengan:
a.
Menanyakan keprluan penelepon setelah
menyapa dengan salam
b.
Tetap ramah dan sopan saat berbicara
c.
Berbicara sambil tersenyum
d.
Ceria
e.
Menanyakan kabar si penelepon (kalau
sudah saling kenal)
f.
Menanyakan nama dan keperluan (jika baru
pertama kali berkomunikasi)
g.
Tetap aktif dan hangat
h.
Menjaga nada supaya tidak monoton
Jika
dalam keadaan susah:
a.
Menjaga perasaan orang yang diajak
bicara
b.
Tidak menambah beban dalam kesedihan
c.
Menyampaikan rasa empati dengan
kata-kata
d.
Menunjukan keseriusan untuk
memperhatikan yang diucapkan penelepon
e.
Tidak tertawa terbahak-bahak
Dalam
keadaan gembira:
a.
Tertawalah secara lepas, tetapi alami
b.
Tetap mengontrol kata-kata supaya tidak
menyinggung orang di sekitar kita
c.
Menjaga suasana informal, tetapi tidak
berlebihan
2.1.4 Menerima Dan Menyampaikan Pesan
Menerima pesan
hendaknya memerhatikan kejelasan dalam setiap pesan dan tulisan untuk orang
yang diberi pesan. Jika diringkas, dalam menerima pesan perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
a.
Mengulang setiap pesan
b.
Menulis dengan huruf yang jelas dan
mudah dibaca
c.
Menulis tanggal
d.
Menulis pencatat pesan
e.
Menyampaikan pesan dengan segera
2.1.5 Menutup Percakapan
Parting
is the same important as opening. Penutupan berkomukasi
di telepon sama pentingnya dengan saat membuka percakapan. Setidaknya,
penelepon akan meraksan suatu kesan yang baik jika penerima telepon konsisten
dengan kesopanan bertelepon sampai akhir percakapan.
Kesan yang
positif bisa ditunjukkan dalam hal-hal seperti yang tercanum di bawah ini:
a.
Menanyakan apakah ada pesan lagi
b.
Mengucapkan terima kasih
c.
Memberi salam
d.
Memeberi kesempatan penelepon menutup
sambungan terlebih dahulu
e.
Meletakkan gagang telepon kembali dengan
hati-hati
f.
Memprioritaskan hal-hal yang perlu
ditindaklanjuti
2.2 Menerima Dan Menyampaikan Pesan
Pesan
adalah suatu bagian yang sangat penting dalam berkomunikasi melalui telepon.
Pesan juga merupakan informasi yang penting, yang harus disampaikan kepada
orang tertentu. Pesan tersebut biasanya disampaikan seorang penelepon dalam
hal-hal seperti berikut :
a.
Jika orang yang dicari tidak dapat
dijumpai.
b.
Jika orang yang dituju masih sedang
berbicara (on line)
c.
Jika penelepon dalam keadaan tergesa-gea
untuk menyelesaikan urusan lain, sedangkan berita tersebut dirasakan harus
segera sampai pada penerima.
Sering sekali penelepon merasakan
kekecewaan yang berat apabila :
a.
Pesan tidak disampaikan segera.
b.
Pesan tersebut tidak tahu siapa atau
dari mana.
c.
Ada pesan dimeja kerja, tapi tanpa
tanggal.
d.
Pesan untuk menelepon kembali, tetapi
tidak diberikan nomor telepon.
e.
Tidak ada jam sewaktu telepon diterima.
f.
Tidak disebutkan siapa yang menerima
telepon/pesan.
g.
Pesan sama sekali tidak bias dipahami
atau tidak bias dibaca.
Setelah
kita mengetahui arti pentingnya sebuah pesan dalam komunikasi melalui telepon,
diharapkan kita bisa menangani setiap jenis pesan kepada orang lain secara
tepat dan professional. Kalau dilihat dari kenyataan bahwa banyak masalah yang
timbul dalam menerima dan menyampaikan pesan, hendaknya hal ini dilakukan
dengan hati-hati dan perlu konsentrasi secara khusus. Yang terpenting, pesan
langsung harus diulang untuk menghindari kesalahan.
Hal
tersebut bukan untuk ditakuti, karena jika pesan yang disampaikan tidak tepat
atau menimpulkan penafsiran pengertian yang lain akan berakibat fatal.
Sikap
helpful harus ditonjolkan oleh seorang penerima telepon. Kita coba
membandingkan dua dialog berikut :
Dialog
1
Operator : Selamat pagi, CV.Laut Biru.
Penelepon : Selamat pagi. Apa betul ini
penyalur alat kantor dan stationary ?
Operator : Betul !
Penelepon : Pak benny ada ?
Operator
: Tidak ada !
Penelepon : Kemana ya ? apa mungkin masih
belum pulang menghadiri seminar
yang dibalaikota ?
Operator : Mungkin !
Penelepon : Kira-kira pukul berapa ya bapak
pulang ?
Operator : Kurang Tahu.
|
Dialog
2
Operator : Selamat pagi, CV.Laut Biru.
Penelepon : Selamat pagi. Apa betul ini
penyalur alat kantor dan stationary ?
Operator : Betul pak. Ada yang bias saya
bantu pak ?
Penelepon : Saya herman, dari toko anda yang
di jl.semeru. Pak benny ada ?
Operator : Pak benny kebetulan sekarang
sedang ke luar kota, barang kali ada pesan untuk bapak, pak herman ?
Penelepon : Oh tidak, apa mungkin pak benny
masih sedang menghadiri seminar yang dibalai kota ? pukul berapa ya
kira-kira bapak pulang ?
Operator : Betul pak herman , pak benny
masih mengikuti seminar. Biasanya sebelum jam makan siang bapak sudah tiba
di kantor. Nanti kami sampaikan kalau bapak herman menelepon pak benny.
Penelepon : Ya, sampaikan kalau saya perlu
dikirim 20 set lagi perlengkapan kantor seperti dikirim 10 agustus lalu.
Samapaikan bahwa pembeli utama kami
sennag seklai dengan service yang diberika CV.Laut Biru.
|
Dalam
dialog 1 tampak kurang adanya unsur helpful dari pihak penerima telepon. Dalam
keadaan seperti ini pasti kita bias membedakan dialog pertama dan kedua. Dalam
kenyataan sehari-hari justru sering terjadi adalah seperti pada dialog 1.
Komunikasi memang juga terjadi dalam dialog yang pertama, tapi unsur penting
yang tampak adalah unsur extraordinary service perlu diberikan kepada
penelepon. Apalagi dialog terjadi secara formal. Artinya, ditempat kerja atau
usaha. Pasti customer akan bias merasakaan image yang positif mengenai
perusahaan jika memberikan jawaban seperti yang terjadi dalam dialog kedua
tadi.
Jelas,
bahwa harus ada satu upaya yang dilakukan untuk bisa mengangkat image
perusahaan. Tanpa adanya satu kerja keras dan upaya memberikan nilai lebih dari
apa yang ada, tentu perusahaan akan seperti perusahaan lain pada umumnya.
Maksudnya untuk menjadi handal dan unggul memang harus berani tampil bertelepon
dengan segala konsekuensinya untuk mempertahankannya. Demikian juga halnya
dengan menjawab setiap telepon yang masuk ke perusahaan. Disini diperlukan
suatu terobosan untuk berani melakukan telepon courtesy. Dari sisi ini
perusahaan akan selangkah terdepan dibandingkan dengan perusahaan yang melum
mengenal dengan telepon courtesy.
Untuk
menyampaikan pesan yang efektif perlu diperhatikan beberapa factor berikut :
a. Setelah
pesan disampaikan/diberikan penelepon, sebaiknya kita mengulangi pesan
tersebut.
b. Sebelum
pembicaraan ditutup ulangi sekali lagi pesan yang telah dieprbaiki dan
ditambahkan oleh pengirim pesan tadi.
c. Setelah
bertemu dengan orang yang layak menerima pesan tersebut dengan segera.
d. Sebaiknya
dilakukan secara tertulis.
e. Tulis
tanggal saat pesan disampaikan.
1. Nama
dan Alamat Pemberi Pesan
Sering kali
penerima pesan membingungkan dengan ulah penelepon yang memebri pesan, tetapi
kurang lengkap atau kurang jelas. Terutama mengenai nama dan alamat penelepon,
padahal ini sangat penting. Sering kali mereka kalau ditanya nama dan alamat
atau nama perusahaan, hanya dijawab supaya disampaikan saja pasti pemimpinnya
atau bos nya tahu atau sering mengatakan
“Pasti bos
kalian sudah mengenal siapa saya.”
Ini yang sering
merepotkan, tetapi dalam hal ini, kita tidak boleh memaksakan apalagi terus
mengancam dengan nada emosi atau bernada mengolok-olok penelepon.
Yang jelas
sebagai penerima telepon tugas kita untuk menanyakan nama dan alamat penelepon
atau pemberi pesan, tetap harus dilakukan. Kita sesekali tidak boleh
berprasangka burk dulu tentang penelepon. Misalnya dengan nada suara keras atau
kurang sopan, orang tersebut kita perkirakan akan sulit atau tidak akan mau
menyebutkan identitasnya. Belum tentu. Kita harus tetap menanganinya secara
professional. Jika perlu dilakukan diplomasi. Tetap bersikap sopan, tatapi
dalam hal ini kita mendapatkan masukan lain yang bias membantu identitas untuk
mendapatkan identitas penelepon atau pemberi pesan. Sebab jika tidak demikian,
persoalannya akan kembali seperti contoh diatas. Bias jadi, pimpinan kita atau
orang yang menerima pesan akan bingung. Bingung karena pesan diterima berupa
ungkapan yang tidak jelas.
Yang biasanya
menjadi masalah adalah jika ada sangkaan sudah saling kenal atau saling tahu
semuanya, padahal tidak saling tahu. Kejelasan sebuah pesan yang tersampaikan
adalah cerminan tingkat profesionalisme penyampaian pesan. Jika seseorang
sering memberikan pesan dan sering tidak jelas pesan yang diterkirim,
menunjukan tidak atau kuarng capable-nya oranf tersebut.
Ada beberapa strong
point dalam menjawab telepon :
Pertama,
walaupun didepartemen atau bagian suatu kantor/perusahaan staf tersebut
menggunakan standar greeting di perusahaan.
Kedua,
menggunakan standar kata dan farasa yang sopan.
Ketiga,
setelah tahu penelepon, penerima telepon langsung menmanggil nama penelepon
tersebut.
2. Jam saat
pesan diterima
Pada saat
menerima pesan, hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah jam pada saat pesan
tersebut diterima. Meskipun penelepon tidak pernah menyebutkan atau
memberitahukan secara langsung, tetapi sebagai seorang yang professional kita
harus tau itu. Jam tetap harus dicantumkan disitu. Terutama jika pesan tersebut
harus disampaikan secara tertulis. Apalagi saat itu orang yang ditelepon tidak
berada di tempat. Disini unsur waktu sangat menentukan.
Beberapa alasan
pentingnya mencantumkan jam penerima pesan :
a.
Urgensi suatu pesan
b.
Lamanya pesan tersebut diterima.
c.
Pencantuman Nama Penerima Pesan
d.
Nama penerima pesan juga merupakan
faktoe penting. Nama perlu dicantumkan. Hal ini untuk menghindari kekaburan
pesan yang diterima, sekaligus jila ada sesuatu yang kurang dipahami tentang
pesan tersebut.
e.
Mengeja Kata
Satu hal penting
dalam memberi pesan adalah mengulang pesan, dan salah satu unsur penting dalam
memperjelas pesan adalah dengan mengeja. Mengeja kata penting artinya untuk
sesuatu yang kurang jelas diucapkan. Bsia juga untuk lebih memastikan bahwa apa
yang dipikirkan penelepon itu tepat. Misalnya nama orang, nama tempat, istilah
khusus.
Ada beberapa
cara mengeja diantaranya mengeja berdasarkan ucapan sesuai dengan bahasa yang
dipakai. Setiap huruf diucapkan secra bunyi ujaran yang lazim dipakai. Dalam
bahasa Indonesia kita bis sebutkan A B C D… sampao Z seperti bunyi ujaran dalam
bahasan Indonesia.
Dalam bahasa
inggris kita kenal adanya ucapan yang dilakukan sesuai dengan Phonetic symbol
yang berlaku. Dibawah ini adalah cara mengucapkan, sesuaidengan kamus.
Huruf
|
Cara
membaca
|
Huruf
|
Cara
membaca
|
A
|
ei
|
M
|
Em
|
B
|
bi
|
N
|
En
|
C
|
si
|
O
|
Ou
|
D
|
di
|
P
|
Pi
|
E
|
i:
|
Q
|
Kyu
|
F
|
ef
|
R
|
a:
( r )
|
G
|
dji
|
S
|
Es
|
H
|
eidz
|
T
|
ti:
|
I
|
ai
|
U
|
yu:
|
J
|
djei
|
V
|
vi:
|
K
|
kei
|
W
|
dabl
yu:
|
L
|
el
|
X
|
Ex
|
Y
|
wai
|
Z
|
Zed
|
2.3 Pemakaian Telepon Di Kantor
Kantor
merupakan tempat yang formal dalam standar berteleponn. Hal ini yang sekaligus
membedakan antara pemakaian telepon secara formal dan tidak formal. Di kantor
lebih formal dandi rumah ada kecenderungan kurang formal.
Pada
umumnya, setiap kantor mempunyai standar berbeda-beda dalam membuat aturan baku
mengenai penerimaan telepon. Hal ini biasanya dikaitkan dengan prosedur penerimaan telep[on dari luar perusahaan dan tata cara mengenai kastemer
melalui telepon. Walaupun banyak cara dan aturan serta setandar dalam menerima
telepon, tetapi secara garis besar ada suatu panduan umum yang bisa kita pakai
sebagai acuan dasar dalam telepon courtesy di kantor.
Unsur
formal yang harus ada dalam standar kesopanan menerima telepon adalah:
a. Salam
(greeting)
b. Nama
kantor/perusahaan
c. Itu
yang disebut sebagai setandar minimal. Untuk memberikan kesan lebih berkualitas
di mata kastemer, sebuah perusahaan bisa menambahkan standar yang lain, yaitu:
d. Ucapan
terimakasih karena menghubungi perusahaan tersebut
e. Menyebutkan
nama intansi/perusahaan
f. Menyebutkan
identitas operator
g. Menawarkan
bantuan kepada penelepon (offering assistance)
2.3.1 Bahasa Pengantar
Bahasa yang
digunakan dalam standar pengguna telepon yang masuk ke perusahaan (incoming
call) biasa bahasa Indonesia, biasa juga bahasa Inggris. Mengenai pemakaian bahasa pengantar, sebaiknya
dipertimbangkan dua hal utama.
1. Jaringan
Perusahaan
Bisa berupa
jenis klien, kastemer, maupun pangsa pasar perusahaan tersebut. Adalah kurang
tepat, apabila sebuah perusahaan atau kantor kecil dengan jaringan lokal,
karena ingin bergaya menggunakan standar greeting
bahasa Inggris, atau sebaliknya. Jika jaringan perusahaan menyebar sampai
ke tingkat antarbangsa, maka akan lebih efektif jika menggunakan bahasa inggris
yang merupakan bahasa internasional.
2. Kecenderungan
operasional perusahaan
Dalam hal ini
tergantung efektivitas penggunaan bahasa tertentu di dalam perusahaan. Jika
memang sering digunakan bahasa Inggris untuk komunikasi sehari-hari, tidak ada
salahnya juga kita menggunakan standar jawab telepon berbahasa Inggris.
2.3.2 Frasa Standar Greeting
Beberapa contoh
standar penerimaan telepon di kantor/perusahaan adalah sebagai berikut.
Standar
Dua Frasa
|
Standar
tiga Frasa
|
Standar
Empat Frasa
|
Selamat
Pagi
PT.
TBA
Good
morning
Golden
Hair Corporation
Good
afternoon
PT.
KL
Selamat
siang
Harapan
Bahagia
|
Good
afternoon
CITRA
Group
May
I help You?
Selamat
siang
PT
Harmoni
Bisa
dibantu?
Good
morning
Garden
hotel
How
may I help you?
Good afernoon
Fajar
Mulia here
May
I assist you?
|
Good
evening
CV.
Prima Sakti
Rudy
Speaking
May
I help you?
Selamat
malam
Kartika
Busana
Dengan
Hendra
Bisa
dibantu?
Good
morning
PIO
Bank
Yani
speaking
How
may I help you?
Thank
you for calling
Holiday
Hotel
Ema
speaking
May
I help you?
|
Standar
greeting dan percakapan ditelepon
biasanya tidak saja berlaku bagi telepon
operator,tapi berlaku unutk semua karyawan perusahaan tersebut. Telepon courtesy adalah materi pelatihan
umum di perusahaan besar yang harus diikuti oleh semua karyawan, tanpa
terkecuali. Mengapa sampai semua karyawan diharuskan mengikuti training tentang tata cara bertelepon
yang sopan? Ingat, bahwa salah satu citra perusahaan tercermin dari cara setiap
pribadi atau setiap karyawan dalam berinteraksi dengan customer melalui telepon.
2.3.3 Pemakaian Kalimat Baku (Common Expression)
Berikut ini
adalah contoh-contoh kalimat baku untuk suatu pengungkapan tujuan tertentu yang
sesuai dengan etika bertelepon. Terutama dalam hal menanyakan siapa yang menelepon
jika suara kurang jelas, salah ssmbung, menyambungkan hubungan telepon,
mengulang pesan, jika yang dituju tidak di tempat, dan jika saluran masih
sibuk.
Menanyakan
siapa yang menelepon
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
May
I know who is calling, please?
Maaf
dengan Ibu siapa?
Who
is calling, please?!
Boleh
tau dari siapa ini?
Excuse
me, who is on the line, please?
Ini
dari siapa Pak?
|
Who
is this?
Ibu
dari mana?
And
you are....?
Siapa
ini?
Who
are you?
Dari?
|
Suara
kurang jelas
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Sorry,
could you repeat once again?
Maaf
Bu, kurang jelas.
I
beg your pardon, Mam.
Maaf
Pak, bisa diulang sekali lagi?
Excuse
me, I cannot hear you cleary.
Maaf
Pak, apakah bisa lebih keras lagi?
|
Repeat
again.
Kurang
jelas.
What?
Nggak
jelas, bisa diulang?
Not
clear.
Tolong
bicara lebih dekat.
|
Salah
sambung
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Maaf,
disini bukan departemen accounting.
Maaf
Pak, ini departemen pemasaran.
Ini
PT Golden Globe
Maaf
salah sambung, ini bukan bagian kasir, apakah ibu mau kami sambungkan ke
kasir?
|
Bukan!
Salah
sambung!
You
mau telepon ke mana?
Yaa...
Anda salah.
|
Menyambung
telepon
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Baik
Bu, kami sambungkan segera.
Certainly
Sir.
All
righ, I’II put though.
Baik
Bapak, kami sambungkan segera.
|
(tanpa
berkata apa pun)
Yes
(langsung disambung)
OK.
Ya
lah.
|
Mengulang
pesan
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Baik
Bu, kami ulang pesannya.
Boleh
kami ulang dulu pesannya?
May
I receat you message?
So,
your message is.......
|
(tanpa
ada pengulangan)
Ya
deh.
OK.
All
right.
|
Meminta
penelepon menunggu
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Maaf
Bu, kami akan cek terlebih dahulu.
Mohon
tunggu sebentar.
One
monent Sir, I will check it first.
Would
you please hold the line?
Tolong
jangan di tutup dulu, Pak.
|
Sebentar
ya!
Tunggu
dulu!
Wait
a minute!
Wait..
wait..
Pegang
dulu gagangnya!
|
Yang
dituju tidak tepat
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Maaf
Bu, Pak Hari tidak ada di tempat. Ada pesan?
Mr.
Kelly is not in the office right now. Whould you like to leave a message?
Bapak,
teleponnya tidak ada yang mengangkat Kalau Pak Budi ada nanti saya sampaikan,
dari Bapak siapa ini?
Sorry
Mam, on one pick up the phone, whould you like to call again or ......?
|
Nggak
ada tuh!
No
bady there!
(ditransfer
begitu saja)
No
answer.
|
Saluran
masih sibuk
Sopan
|
Kurang
Sopan
|
Excuse
me Sir, the line is enggaged
Maaf
masi on line, mungkin ada pesan.
It’s
still on-line Sir, any message for him?
Ibu,
di kantor Pak Adi teleponnya masih sibuk. Bisa dicoba lima menit lagi?
|
It’s
still busy!
On
line!
Cannot
Sir!
Maaf
tidak bisa, masih sibuk!
|
2.4.4 Etika Berkomunikasi di Telepon
Beberapa etika
penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan telepon di
kantor, selain melakukan standar greeting
adalah.
1. Letakan
pesawat telepon di tempat yang tepat
Meletakan
telepon di tempat yang mudah di jangkau agar penggunaanya dapat efisien dan
alat telepon bukan suatu alat yang dirahasiakan keberadaanya. Tidak perlu
disembunyikan atau dijauhkan.
2.
Jangan biarkan telepon berdering lebih
dari tiga kali
Ketika telepon sedang berdering, segeralah
angkat gagang telepon (handset). Walaupun kita
sedang bercakap-cakap dengan tamu lain, mintalah permisi untuk
mengangkat telepon. Jika sedang memasukan data di komputer, bagaimana? Tetap
kita hentikan sejenak untuk segera memegang telepon.
Jika sedang menelepon atau sedang (on line)
berbicara di telepon, ada dering bunyi telepon di telepon satunya, tetap jangan
biarkan terus berdering sampai lebih dari tiga kali, maka kita harus meminta
permisi untuk menganggat telepon yang masuk.
Jika penelepon menghendaki percakapan yang
lebih panjang maka kita sampaikan kepada penelepon menunggu sebentar karena
kita sedang berbicara dengan telepon yang lain. Di sini kita kembali pada
penelepon pertama, setelah terselesaikan baru kita menuju ke penelepon yang
kedua. Jangan lupa sampaikan terimakasi karena telah menunggu, atau sampaikan
permohonan maaf jika dia harus menunggu agak lama. Beberapa contoh percakapan
untuk antara lain.
Kepada
penelepon pertama:
“Maaf Pak Amir, rupanya
ada telepon masuk permisi sebentar.”
“Permisi sebentar Bu
Nungky saya harus mengangkat telepon yang satunya lagi.”
“Ecuse me Mr. Hartland,
I have to pick up another incoming call.”
“One moment Dr. Brandy
, I’II be back soon.”
Dalam
meninggalkan penelepon pertama untuk sementara pastikan:
a. Pesan
haru jelas bahwa kita akan segera kembali lagi.
b. Pesan
harus jelas bahwa kita ada telepon masuk lagi.
c. Posisi
harus di hold, supaya customer bisa mendengar musik.
d. Sampaikan
terimakasi karena telah menunggu, setelah kita kembali ke penelepon pertama.
e. Jika
posisi tidak di hold maka akan mendengarkan percakapan kita dengan nomor
telepon yang baru diterima.
Menjawab
telepon kedua yang ingin berbicara lebih lama:
“Ibu
Sari mohon ditunggu sebentar karena saya masi on line.”
“Baiklah
Pa didin kalau begitu saya akan segera kembali.”
“Bagaimana
kalau Pak ginting menunggu sebentar, saya masih harus menjawab telepon satun
ya.”
Jika
kita anggap terlalu panjang untuk dijawab sekarang:
“Tante
Hilda, bagaimana kalau sebentar lagi saya telepon balik ke kantor?”
“Maaf
Pak Donny, bisa saya bel sebentar lagi Bapak karena................”
“Baik
Bu Hanna, mohon menghubungi sepuluh menit lagi....... terimakasih.”
Setelah
merespon telepon kedua:
a. Posisi
telepon supaya di hold.
b. Jangan
biarkan kastemer menunggu terlalu lama.
c. Pesan
harus jels dan sopan bahwa kita sedang dalam percakapan ditelepon.
d. Sampaikan
terimakasih karena telah menunggu.
Jika
sudah bisa langgung bisa dijawab dengan singkat:
“Baiklah
Bu Bambang, akan segera kami sampaikan kepada Pak Bambang.”
“Jadi
Ibu akan menelepon 1 jam lagi? Baik terima kasih.”
“Terima
kasih telah menelepon ke kantor kami.”
Jika
kita adalah seorang yang kritis, tentunya terus bertanya tentang situasi di
atas. Bagaimana jika penelepon pertama masi memerlukan interaksi dan komunikasi
di telepon lebih lama lagi? Bagaimana dengan penelepon kedua yang sedang
menunggu? Ada beberapa langkah untuk mengambil sikap dalam kasus tersebut:
Semua kastemer
penting, tetapi firs in first served, yang datang pertama dilayani duluan.
Dalam hal ini kita coba sedapat mungkin untuk menuntaskan segala pertanyaan,
interaksi, dan komunikasi denga penelepon pertama.
Memberikan
jawaban secara efektif dan efesien. Tentunya tidak mengurangi kesopanan dalam
bertelepon. Efektif dan efisien, maksudnya adalah setiap ucapan kita langsung
menuju sasaran. Tidak bertele-tele, tidak berbelit-belit, singkat, dan padat.
Hanya saja unsur senyum dan ucapan terimakasih tetap ada sebagai bumbu
profesionalisme kita. Dengan demikaian, penelepon kedua tidak akan menunggu
lama.
Mengambil
keputusan penting. Jika kita yang bertele-tele justru penelepon, maka akan
harus bisa mengambil keputusan penting. Misalnya, nanti dimohon bisa menelepon
kembali, atau kita yang akan menghubungi penelepon kembali.
3. Ingat,
Anda berada di jalur formal
Jalur formal
berartisaat itu line telepon sedang aktif digunakan baik oleh kastemer maupun
karyawan perusahaan yang menghubungi kastemer. Komunikasi dua jalur. Jika
seorang staf saat seperti itu menggunakan telepon untuk pribadi atau
berlama-lama sambil ngerumpi, maka sangat tidak tepat. Elemen pengguna telepon
di perusahaan bisa siapa saja, direktur, manajer, sekretaris, supervisor, atau
staf. Semuanya menggunakan line jalur yang sama. Jalur yang juga dipakai oleh
kastemer untuk menghubungi unsur staf di perusahaan tersebut.
4. Coustemer
is the central of everiting we do
Kastemer harus
ditempatkan ditempat yang paling utama dalam urusan kita. Dalam hal ini
menunjukan kesopanan, offering help atau selalu menawarkan bantuan, bahkan jika
kesan helpful ini sudah melekat di hati kastemer maka citra perusahaan kita
akan naik, bisnis akan lancar, omset akan meningkat, investasi akan terus
berjalan dan seterusnya.
5. Ciptakan
suasana yang kondusif
Suasana bisa
meliputi keadaan penerima telepon, bisa juga situasi di sekitar tempat kita menelepon.
Jika kita sedang menangani kastemer, rekan sekantor di seputar kita sedang
tertawa tebahak-bahak, seolah tidak terkontrol, kesan seperti ini akan terbawa
sampai ke telinga kastemer. Nama perusahaan menjadi jelek. Yang jelas, unsur
corteous sudah tidak ada lagi.
a. Jangan
biarkan kastemer menunggu lama
b. Telepon
lama tidak di angkat
Denganalasan
apapun, telepon sebaiknya tidak berdering lebih dari tiga kali/ alasan klasik
sering karyawan di sebuah kantor berdalih sibuk sendiri dengan pekerjaannya.
Ada juga yang memang tidak peduli dengan keadaan sekitar. Menurut tata cara
kesopanan bertelepon (telepon coustesy), hal tersebut tidak dibenarkan.
c. Susah
masuk
Salah satu
kelemahan yang lain adalah adanya line atau jalur telepon yang sangat sibuk,
sehingga penelepon dari luar sangat sulit untuk masuk ke jalur di kantor
tersebut. hal ini bisa jadi karena line telepon sangat terbatas dibandingkan
dengan jumlah karyawan yang ada. Kemungkinan lain adalah pemakaian telepon yang
tidak tahu waktu, atau lebih tepat tidak tahu kesopanan berbicara ditelepon.
Yang jelas, jalur tersebut tidak tepat untuk kencan pribadi atau berkomunikasi
yang sifatnya bukan dinas, apalagi berlama-lama dalam bercerita.
d. Harus
di oper ke sana ke mari untuk berbicara dengan orang tertentu
Jika ada kantor atau
perusahaan yang sering mengoper-ngoper penelepon berarti:
a.
Kurang helpful
b.
Tidak ada koordinasi
Tentunya
kesan kastemer akan negatif untuk setiap ketidakharmonisan tim yang bekerja di
suatu perusahaan, apalagi kalau ini sampai tersiar ke luar. Salah satunya bisa kelihatan melalui
respon telepon.
e. Disuruh
menunggu dengan kalimat (kata-kata) yang kurang sopan
Hal yang tidak
mengenakan lagi bagi penelepon adalah disuruh menunggu dengan kata-kata yang
tidak sopan. Misalnya “Tunggu ya, Man.....Lukman ini ada telepon”
Terkadang
penelepon tidak sopan atau tidak mengetahui telepone courtesy, tetapi jika
secara propesional dijawab dengan coustesy, penelepon akan bisa belajar nilai
kesopanan, minimal tahu bahwa image di kantor kita levelnya sudah tinggi. Intinya,
dengan ketelatenan dan tidak emosional, maka seorang staf yang menerima telepon
bisa mendapatkan jalan keluar yang optimal. Jika seorang penerima telepon
menganggap remeh penelepon, apabila itu adalah kastemer, menjadi negatif
terhadap perusahaan tersebut. efek lainnya adalah kualitas layanan menjadi
rendah serta ada indikasi kurang sopan dan kurang di-training.
2.5 Suara Dalam Bertelepon
Unsur
utama dalam komunikasi melalui telepon adalah suara. Tanpa suara, seorang tidak
akan bisa menyampaikan maksudnya pada lawan bicaranya (receiver), karena
berkomunikasi di telepon merupakan jenis oral communication atau verbal
communication jarak jauh. Mengingat
pentingnya suara dalam bertelepon, maka buku ini memberikan uraian secara
khusus tentang penggunaan suara tersebut. ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan seseorang yang melakukan komunikasi
dalam telepon antara lain.
2.5.1 Jelas
Dengan
berusara jelas, lawan bicara kita akan bisa menerima informasi atau pesan
secara jelas pula. Suara yang jelas meliputi volume bicara dan pemakaian
bahasa. Dalam hal pemakaian bahasa jelas kita harus memperhatikan beberapa
petunjuk, yakni:
Bahasa harus
saling dimengerti, misalnya bahasa Indonesia. jika kita menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing,
pastikan bahwa lawan bicara kita sepaham atau minimal bisa dipahami.
Hindari
pemakaian bahasa atau istilah teknis yang belum tentu orang lain mengerti.
Dengan perkataan lain, bahasa jargon hanya dimengerti kalangan yang sangat
terbatas. Misalnya ungkapan, “Saya sudah mengirim berita tentang TC ke kolega
Anda”. Jelas bahwa TC di sini adalah istilah teknis yang mungkin hanya orang
tertentu, bahkan hanya dia sendiri yang mungkin memahami srtinya. Sebagaimana
kita mengerti, istilah TC bisa diartikan orang sebagai Training Center, artinya
perumusan latihan untuk istilah olahraga, atau pusat pelatihan untuk karyawan
di prusahaan, atau bisa juga merupakan singkatan dari Table Cloth, artinya
taplak meja makan (istilah perhotelan).
Hindari
pemakaian bahasa tidak resmi yang hanya tidak dimengerti oleh pihak kita saja.
Jika ada bahasa slang tetap dipakai dan lawan bicara belum tentu mengerti, maka
akan bisa menimbulkan kessalahpahaman yang pada akhirnya akan membawa kesalahan
yang fatal.
Misalnya : “Pokoknya,
Lu samperin Nyokap gue aja deh, Ntar, doku soal gampang, belakangan.”
Kecuali
percakapan antara dua orang sahabat kental yang sudah saling tahun karakternya
dan saling mengerti gaya bahasa tertentu, jangan mencampuradukan beberapa bahasa yang tidak
sejenis dalam satu rangkaian pemberitahuan. Apabila jika kondisinya adalah
formal.
Dalam hal volume
suara, kejelasan ucapan kita bisa disesuaikan dengan kondisi fisik suara kita
sendiri. Dalam hal ini, ada seorang yang secara alami mempunyai suara yang
keras. Ada juga orang yang mempunyai volume suara yang tidak terlalu keras.
Penyesuaian
volume suara untuk mengahasilkan suara yang jelas bisa dilakukan dengan menjaga
jarak bicara antara bibir dan speaker telepon. Jarak yang ideal antara bibir
dan gagang telepon adalah sekitar 5 cm. Jika suara kita tergolong keras,
sebaiknya jarak antara bibir ke handset sedikit agak jauh. Jika terlalu dekat
akan menimbulkan anada yang kurang jelas. Bisa-bisa penelepon menjauhkan
handset nya dari telinga. Hal ini bertentangan dengan kesopanan bertelepon. Apalagi
jika di dengar, suara kita sampai keras terdengar oleh sekitar orang yang
menelepon. Sebaliknya, jika kita lebih mengeraskan volume suara kita pada saat
bertelepon, sekaligus lebih mendekatkan bibir kita ke gagang telepon.
Penyesuaian volume suara untuk menghasilkan suara yang jelas bisa dilakukan
dengan menjaga jarak bicara, antara bibir dan speaker telepon, jarak yang ideal
adalah sekitar 5cm.
2.5.2 Tidak Monoton
Salah satu unsur
penting dalam berbicara di telepon adalah intonasi. Seseorang yang berbicara
datar tanpa ada tekanan-tekanan suara akan terasa hambar. Nada bicara yang
monoton akan menimbulkan kesan kurang enak bagi orang yang menjadi lawan bicara
di telepon. Memang ada yang berpendapat bahwa intonasi itu merupakan pembawaan
seseorang. Ada yang memang mempunyai nada suara merdu dengan lagu yang indah
pula, ada juga yang suaranya datar, ada pula yang bernada menggumam. Itu semua
memang merupakan hal berbeda yang dimiliki oleh setiap orang, namun semuanya
itu bisa diperbaiki, bisa ditingkatkan, lewat bicara ti telepon akan merasakan
kesopanan karena otomatis ada unsur perhatian dengan respon yang baik. Selain
itu, kejelasan pesan yang ditangkap oleh lawan
bicara juga semakin bertambah karena ada perbedaan nyata antara kalimat
tanya, kalimat perintah, atau pernyataan. Seseorang yang berbicara secara datar
tanpa ada tekanan-tekanan suara akan terasa hambar. Nada bicara yang monoton
akan menimbulkan kesan kurang enak bagi orang yang menjadi lawan bicara di
telepon.
2.5.2 Tidak Dibuat-Buat
Suara yang
dibuat-buat akan mempengaruhi tingakat kesopanan dalam melakukan percakapan di
telepon. Hal ini berbeda dengan intonasi yang memang diupayakan untuk
diperbaiki dengan maksud untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam
berkomunikasi, seperti yang diterapkan pada bagian di atas.
Contoh suara
yang dibuat-buat, antara lain seseorang yang mempunyai suara bernada tinggi
(tidak terlalu banyak mempunyai bass), kemudian karena ingin merasa lebih gagah
dia membuat suara dibesar-besarkan (dibuat bernada rendah/menambah bass).
Dari segi sopan
santun bertelepon, hal itu dianggap kurang sopan. Bagi seseorang yang sudah
saling mengenal sebelumnya, akan mudah mengerti suara seseorang. Akan lebih
baik kalau suara yang digunakan keluar seperti apa adanya, tanpa dibesarkan
atau dikecilkan. Pengecualian jika ada gangguan secara teknis tentang pesawat
yang digunakan, kita bisa saja mengeraskan volume suara kita jika karena
nadanya dalam sambungan memang terasa kecil. Hal seperti itu tidak tergolong
dalam suara yang dibuat-buat, tetapi memang secara teknis menghendaki
pengerasan volume suara. Maksudnya jelas, yaitu suapaya pesan bisa tersampaikan
secara jelas pula dan menekan distorsi seminim mungkin.
2.5,4 Yang Terbaik
Dalam kesopanan
bertelepon adalah tidak etis jika seseorang berbicara sambil mengunyah permen
atau sedang merokok. Akan lebih baik jika kita berbicara tanpa ada suatu
kendala atau hambatan dalam organ of speech kita. Suara yang dikeluarkan akan
lebih baik pada waktu berdiri atau duduk dari pada tidur atau merunduk.
Pada dasarnya,
memberikan suara terbaik tidak terlepas dari memberi suasana yang baik dalam
menerima telepon. Walaupun orang yang menelepon tidak mengetahui sedang apa
saat kita menerima telepon, tetapi dari kualitas suara yang dihasilkan akan menimbulkan
kesan positif atau negatif bagi penelepon. Terkecuali kalau seseorang telepon
dalam konteks tidak formal, misalnya dua orang sahabat yang sangat akrab atau
sepasang muda mudi yang berpacaran dan sudah saling kenal sejak lama.
2.6 Sikap Dalam Bertelepon
Pada
dasarnya, sikap dalam bertelepon bisa diuraikan dengan berbagai elemen berikut:
2.6.1 Put Smile In Your Voice
Berbicara di telepon
adalah komunikasi yang menggunakan suara dan pendengaran, antara penelepon da
penerima telepon tidak saling melihat. Maksud dari put smile in your voice
adalah berbicara sambil tersenyum akan menghasilkan suara yang paling merdu.
Jika kita berbicara sambil tersenyum, maka yang diterima oleh lawan bicara
ditelepon adalah suara “senyum”, merdu, anggun, dan courteous.
2.6.2 Personalize Your Reply
Salah satu untuk
menunjang kesopanan dalam bertelepon yang pada gilirannya akan menjadi respon
yang prima dalam menerima telepon. Personalize your reply berarti sedapat
mungkin kita memperlakukan penelepon sebagai seorang yang penting, kita
hormati, kita hargai, dan kita junjung.Dalam hal m.enjungjung dan menghargai
kastemer atau penelepon ada beberapa unsur yang bisa dilakukan antara lain:
a. Menyebutkan
Nama Penelepon
b. Mendengar
secara seksama dan menjawab dengan penuh empati
Jika hal
tersebut diperktekan pasti akan ada banyak keuntungan yang akan didapat oleh
perusahaan antara lain:
a. Pelanggan
akan merasa dihargai.
b. Image
perusahaan akan meningkat.
c. Bisnis
perusahaan akan meningkat.
d. Staf
akan merasa puas dengan layanan baik yang diberikan.
2.6.3 Speak Clearly And Cheerful
Dalam hal ini, suara
yang diproduksi atau diucapkan harus jelas, maksud kalimat tidak bertele-tele,
tetapi singkat, sederhana, dan menggunakan tata bahasa yang baku. Tidak
menggunakan bahasa pokem atau singkatan dari istilah teknik tentu yang
kemungkinannya sulit dimengerti oleh penelepon.
2.6.4 The Caller’s Mood
Yang dimaksud disini
adalah bagaimana kita membaca situasi. Yang terpenting di antara sekian alasan
bagaimana membuat penelepon menjadi puas karena kita mahir dan benar-benar
punya skill bertelepon yang benar dalam menghadapi mood atau berbagai macam
bentuk percakapan dan situasi.
Langganan:
Postingan (Atom)