Fenomena
gelandangan dan pengemis alias ( GEPENG) dan anak jalanan menjadi persoalan
yang sangat mencoreng wajah berbagai kota besar di Indonesia . Melihat kondisi
saat ini, gepeng telah banyak menggunakan beragam modus demi untuk mendapatkan
uluran tangan masyarakat di sekelilingnya. Mulai dari meminta-minta mengulurkan
tangan bahkan mereka berani mengatas namakan sebuah mushala, pesantren dan
sebagainya untuk kepentingan mereka. Padahal jika ditanya, mereka sendiri tidak
mengetahui pesantren dan mushallah yang dimaksud dimana. Bahkan lebih parahnya
lagi mereka minta dengan paksaan.
Maraknya
jumlah gelandangan dan anak-anak jalanan di tengah- tengah kota besar tentu
mengindikasikan meningkatnya tingkat kemiskinan kota yang pada akhirnya
mengemis dan jadi gelandangan bukan nasib tapi pilihan mereka. Namun hakekatnya
persoalan mereka bukanlah kemiskinan belaka, melainkan juga eksploitasi,
manipulasi, ketidakkonsistenan terhadap cara-cara pertolongan baik oleh mereka
sendiri maupun pihak lain yang menaruh perhatian terhadap Anak Jalanan dan
Gepeng.
Menurut
menteri sosial Salim Segaf Al-jufrie
pada tahun 2008 Badan Pusat Statistik (BPS) mendata ada kenaikan setiap tahunnya pada jumlah gelandangan dan
pengemis setiap tahunnya, yaitu dapat dilihat dari data tabel di bawah ini :
TAHUN
GELANDANGAN
ANAK JALANAN
PENGEMIS
2008
450
109
95
2009
600
129
111
2010
902
313
313
2011
947
358
358
JUMLAH
2899
909
877
TAHUN
|
GELANDANGAN
|
ANAK JALANAN
|
PENGEMIS
|
2008
|
450
|
109
|
95
|
2009
|
600
|
129
|
111
|
2010
|
902
|
313
|
313
|
2011
|
947
|
358
|
358
|
JUMLAH
|
2899
|
909
|
877
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar